JAKARTA, - Banyak orang yang belum
mengetahui atau salah kaprah tentang arti Imlek. Mereka menyebut Imlek
dengan sebutan hari Imlek atau hari raya Imlek. Padahal, Imlek merupakan
sistem penanggalan yang dipercaya oleh umat Budha atau kepercayaan
China keturunan. Tahun baru Imlek jatuh bertepatan dengan tanggal 10
Februari 2013 penanggalan masehi. Seseorang yang menyebut tanggal 10
Februari sebagai hari Imlek berarti salah kaprah terhadap pengertian
Imlek. Penyebutan dengan lafal seperti itu sama artinya dengan menyebut
hari masehi atau hari hijriah.
Suherman, pengurus Vihara Dharma
Bhakti mengungkapkan, salah kaprah yang lain dari kebanyakan orang
adalah mengucapan Imlek sebagai hari raya Imlek. Padahal, Imlek sama
halnya seperti hijriyah maupun masehi. Persamaan kata tersebut tidak
bisa disebut sebagai hari raya umat beragama.
"Makanya masih
banyak orang yang salah kaprah. Imlek itu bukan hari raya, tetapi sistem
penanggalan. Dari penanggalan Imlek baru deh ada macam-macaam hari raya
seperti cap gomeh, hari raya kue bulan, dan lain-lain," kata Suherman.
Tahun
ini, masyarakat kepercayaan Konghuchu merayakan tahun baru ke-2.564.
Tetapi sebelum penanggalan Imlek, masyarakat Konghuchu juga sudah
memiliki penanggalan lain. Jika diperhitungkan, saat ini merupakan tahun
baru ke-4.709 penanggalan sebelum Imlek. Biasanya, setiap tahun baru
Imlek, umat Budha dan keturunan Konghuchu mendatangi klenteng untuk
memberikan penghormatan kepada Buddha Rupang.
Buddha Rupang
merupakan dewa-dewa yang tersimpan dalam sebuah patung di Klenteng.
Terdapat banyak Buddha Rupang di setiap klenteng besar. Klenteng
sendiri berasal dari kata Kwan Im Teng, sebutan lama dari vihara Dharma
Bhakti sebelum berubah nama. Klenteng ini berdiri sejak tahun 1650.
Klenteng ini merupakan klenteng pertama di Provinsi DKI Jakarta.
Sebelumnya,
masyarakat Betawi yang mayoritas tinggal di sekitar Pecinaan kurang
paham tentang penyebutan Kwan Im Teng atau paviliun Dewi Kwan Im. Ketika
mendengar Kwan Im Teng mereka mendengar sebagai kata Klenteng. Dari
situlah asal-usul nama Klenteng di Jakarta.
"Kalau ada yang bilang
klenteng diambil dari bunyi lonceng, itu juga salah. Karena asal usul
Klenteng dari nama vihara Dharma Bhakti sebelumnya, Kwan Im Teng," kata
Herman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar